Selasa, 12 Juni 2012

Menimba Ilmu ke Negara Jepang



Jepang, salah satu negara favorit tujuan para pecinta ilmu pengetahuan dari Tanah Air, terutama di bidang sains dan teknologi. Tohoku University sendiri merupakan salah satu kampus level dunia untuk bidang kajian ilmu fisika, material dan ilmu kebumian. Saya kini tergabung di bidang kajian ilmu geo-lingkungan, departemen ilmu bumi, sekolah tinggi sains.

Pada awalnya saya membaca brosur mengenai program IGPAS (International Graduate Program in Advance Science) yang saya dapat dari website resmi universitas, sementara informasi mengenai adanya program ini saya baca setelah mencari-cari di internet mengenai program international yang dibuka di universitas-universitas di Jepang dan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar kuliahnya.
Secara umum persyaratan untuk melanjutkan sekolah di Jepang sama saja dengan negara mana pun, IPK yang di atas rata-rata, kemampuan bahasa, dll. Hanya mungkin yang sedikit membedakan adalah proses yang relatif mudah dan sederhana menurut saya jika dibandingkan proses registrasi program pasca-sarjana di Tanah Air. Tidak perlu melampirkan dokumen-dokumen asli, cukup hasil scanning  dan membubuhkan tanda tangan asli di atas formulir lalu mengirimkannya melalui airmail ke alamat universitas di Jepang. Selebihnya silahkan menunggu proses seleksi administrasi saja. Jika lolos, maka akan ada seleksi selanjutnya yaitu kemampuan dasar berdasarkan program yang dipilih, lalu wawancara dan selesai. 

Satu hal yang pasti di Jepang, sebelum mengirimkan dokumen-dokumen, pastikan Anda sudah terlebih dahulu menghubungi calon pembimbing Anda di Jepang, dalam hal ini adalah professor. Perkenalkan diri Anda dengan baik dan sertakan proposal riset yang akan anda lakukan di sini. Bangun komunikasi yang baik dengan professor dan dapatkan kepercayaannya. Jika anda sudah mendapatkannnya, maka tinggal tunggu saja hasilnya. Selebihnya calon professor Anda tersebut yang akan bekerja untuk Anda di awal, setelahnya Anda tinggal membalas jasa baiknya.
Jika memang ingin melanjutkan pendidikan pascasarjana di Jepang maka hanya butuh satu modal, tekad! Carilah informasi sebanyak mungkin, persiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, dan kirim. Jika hasil akhir adalah penolakan, maka coba lagi di universitas yang lain, di tahun ajaran yang lain. Jika masih ditolak, maka coba lagi, dan begitu seterusnya.
Biaya sekolah di Jepang sangat mahal jika kita menggunakan ukuran mata uang  di Indonesia. Namun jika anda mendapatkan beasiswa MEXT/Mobukagakusho (menpora-nya Jepang), maka semua biaya pendidikan anda sudah ditanggung. Bahkan ada sedikit lebih untuk menabung dan mengirim buat orang tua dan saudara-saudara di Indonesia.
Lain hal-nya jika beasiswa yang diterima tidak penuh, tidak semua biaya ditanggung oleh sponsor Anda, maka Anda dapat dengan mudah mengurus permohonan keringanan. Tidak akan ada kejadian Anda dilemparkan dari satu kantor ke kantor lain, dari satu lantai ke lantai lain, dari satu oknum ke oknum lain. Untuk mengurus keringanan ini cukup isi formulir, siapkan dokumen-dokuemn yang diperlukan, minta tanda tangan Professor dan serahkan ke bagian keringanan biaya di kampus, selesai.
Jika membutuhkan biaya tambahan untuk membeli kebutuhan lainnya, maka kesempatan untuk kerja paruh waktu (arubaito) sangatlah luas. Namun Anda harus pandai-pandai mengatur waktu ya. Untuk ini Anda membutuhkan izin kerja dari pihak imigrasi karena Anda masih pelajar. Cukup download formulirnya dan isi dengan lengkap, siapkan dokumen yang diperlukan, lalu pergilah ke imigrasi terdekat di wilayah Anda, dan dalam beberapa menit izin kerja anda akan ter-tempel di dalam paspor.
Anda tidak perlu menyiapkan uang pelicin agar prosesnya lebih cepat, karena semua sudah “licin” alias sudah serba cepat, mudah, dengan pelayanan yang luar biasa santun dan ramah dari aparatur pemerintah Jepang.
Suasan belajar yang kondusif

Suasana belajar di sini amatlah kondusif, didukung dengan sarana prasarana yang sangat lengkap dan sokongan dana yang cukup, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak menghasilkan sesuatu selama belajar di Jepang. Suasana persahabatan yang hangat di antara sesama warga asing akan menambah kenikmatan belajar di Jepang.
Kebiasaan ‘nyampah’ orang Jepang

Selama belajar di Jepang, banyak hal yang bisa saya pelajari terutama bagaimana kebiasaan “nyampah” orang Jepang, jiwa “pembantu” aparat pemerintah di semua level dan departemen, serta profesionalisme kerja dan rasa malu bila melakukan kesalahan, bahkan jika kesalahan tersebut bukanlah kesalahan yang secara langsung dilakukan oleh sang pelaku, melainkan perilaku alam yang tidak dapat ditebak.
Kebiasaan “nyampah” orang Jepang itu dahsyat, bahkan satu botol air mineral saja dipisahkan menjadi tiga bagian, botolnya, tutupnya, dan labelnya. Jika jajanannya menyisakan sampah, maka akan disimpan dan dibawa sampai rumah lalu di buang di tempat sampah di rumah. Aparaturnya akan menyapu halaman depan kantor setiap pagi dan menyapa warga yang berlalu-lalang di depan kantor, melayani dengan sangat santun setiap permasalahan yang kita hadapi.
Video Conference

Cukuplah Anda gunakan fasilitas video conference, karena begitu banyak pelajar Indonesia di Jepang yang bersedia berbagi ilmu dan informasi di sini untuk dapat diterapkan di Tanah Air, tentunya setelah mengalami penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan budaya Indonesia. PPI Jepang pun akan dengan sukarela membantu dan menyiapkan fasilitas-fasilitasnya jika memang dibutuhkan. Ada kurang lebih 2600 pelajar Indonesia di Jepang, dengan bidang kelimuan yang bermacam-macam, berikan kesempatan kepada anak-anak bangsa ini untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsanya, jangan malah disisihkan karena pintar, kritis, dan soleh tentu saja.
Selama belajar di Jepang, saya mendapatkan fakta yang menarik, di mana pada saat saya memaparkan hasil penelitian-penelitian saya, jika memang professor tidak mengerti  maka ia akan dengan lapang dada bertanya: “Bagaimana Anda melakukannya, izinkan saya belajar dari Anda.” Satu fakta yang mungkin kita akan sulit kita temukan di dunia pendidikan tinggi di Indonesia.
Jika saya membutuhkan dana riset, maka tinggal nyatakan ke professor, dan beliau akan bilang: “Berapa besar dana yang Anda butuhkan?” Jika ada konferensi maupun simposium ilmu pengetahuan di luar Jepang, maka tinggal bilang saja, dan support dana selama di sana akan segera diproses. Tentu saja bermodalkan tulisan-tulisan ilmiah yang berkualitas.

sumber :
http://fatwaramdani.wordpress.com/





0 comments:

Posting Komentar